Selasa, 17 Maret 2009

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KONTRASEPSI

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KONTRASEPSI

PIL KB KOMBINASI
 Sangat efektif bila diminum setiap hari.
 Bila berhenti minum Pil KB dapat terjadi kehamilan.
 Pada bulan-bulan pertama pemakaian mungkin dapat menimbulkan efek samping, seperti mual, perdarahan atau flek diantara masa haid, kenaikan berat badan, atau sakit kepala. Semua gejala ini tidak berbahaya.
 Aman untuk hampir semua wanita karena efek samping jarang terjadi.
 Dapat digunakan wanita berbagai golongan umur, baik yang sudah maupun yang belum mempunyai anak.
 Dapat mencegah penyakit kanker tertentu, kurang darah (akibat kekurangan zat besi), nyeri pada waktu haid dan beberapa kesehatan lain.

SUNTIK KB
 Sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila disuntik setiap 1 bulan atau 3 bulan (sesuai dengan jenis suntik KB).
 Gangguan perdarahan biasa terjadi – seperti flek-flek, perdarahan ringan diantara 2 masa haid. Setelah pemakaian satu tahun sering tidak mengalami haid. Kenaikan berat badan juga biasa terjadi atau timbul sakit kepala ringan.
 Dapat digunakan wanita berbagai golongan umur, baik yang sudah maupun yang belum mempunyai anak.
 Bila berhenti memakai cara KB ini, kehamilan dapat segera terjadi.
 Aman digunakan pada masa menyusui, setelah 6 minggu sehabis melahirkan.
 Membantu mencegah kanker rahim; mencegah kehamilan di luar rahim

SUSUK KB
 Tersedia 3 macam susuk KB terdiri dari 1 batang, 2 batang, dan 6 batang.
 1,2 atau 6 buah batang ini dimasukkan dibawah kulit pada lengan bagian atas.
 Sangat efektif untuk masa 3 tahun (untuk jenis 1 dan 2 batang) dan 5 tahun (untuk jenis 6 batang).
 Bila diinginkan, susuk KB dapat diangkat setiap waktu.
 Segera setelah susuk KB diangkat, wanita dapat hamil.
 Perubahan pola haid masih dalam batas normal – perdarahan ringan diantara masa haid, flek-flek atau tidak haid. Juga timbul sakit kepala ringan.
 Aman digunakan pada masa menyusui, dipasang setelah 6 minggu sehabis melahirkan.
 Membantu mencegah anemia dan kehamilan di luar kandungan.

PIL PROGESTIN / MINI PIL
 Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui dan ingin menggunakan pil, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan.
 Sangat efektif selama masa menyusui.
 Jika digunakan pada masa menyusui, biasanya terjadi perubahan pola haid terutama flek-flek diantara masa haid.

KONDOM
 Selain mencegah kehamilan juga dapat melindungi terhadap infeksi penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV / AIDS.
 Kondom dapat digunakan untuk mencegah HIV / AIDS, sekaligus ber KB
 Dengan sedikit berlatih – mudah digunakan secara benar.
 Efektif bila setiap dilakukan secara benar.
 Beberapa pria merasa bahwa kondom mengganggu hubungan seks dan mengurangi kenikmatan.

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) / IUD
 Alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur, yang dimasukkan ke dalam rongga rahim oleh seorang bidan / dokter terlatih.
 Sangat efektif, dan bila berhenti memakai AKDR, kehamilan dapat terjadi. AKDR ini merupakan cara KB jangka panjang.
 AKDR tipe TCu-380 A misalnya, efektif paling sedikit selama 10 tahun.
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan pertama pemakaian. Mengalami sedikit ketidak-nyamanan setelah IUD dipasang.
 Tidak ada pengaruh terhadap ASI. Seorang dokter / bidan yang telah mendapat pelatihan khusus dapat memasangnya segera setelah melahirkan.
 Infeksi panggul cenderung menyerang pemakai IUD terlebih lagi apabila si pemakai telah terjangkit penyakit menular seksual.
 IUD dapat keluar sendiri pada waktu mengedan, khususnya pada bulan-bulan pertama pemakaian, jadi sangat penting memeriksakan talinya.
 Tidak dianjurkan digunakan oleh wanita yang mengidap Penyakit Menular Seksual.

METODE SEDERHANA / VAGINAL
 Spermisid / tissu KB, diafragma dan kap, merupakan cara KB yang dapat dipakai sendiri oleh wanita.
 Harus dimasukkan ke dalam vagina (liang senggama) setiap kali sebelum berhubungan. Dilakukan sebelum mengadakan hubungan seks.
 Efektif bila digunakan secara benar.
 Dapat membantu mencegah penyakit menular seksual.
 Menggunakan cara KB ini, cenderung untuk terkena infeksi saluran kencing.
 Tissu KB tidak mudah didapat.

METODE OPERASI WANITA (MOP) / TUBEKTOMI
 Cara KB permanent bagi wanita yang yakin tidak ingin mempunyai anak lagi pertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan.
 Operasi yang aman dan sederhana. Hanya memerlukan bius lokal.
 Sangat efektif.
 Belum ada efek samping jangka panjang. Mengalami ketidak-nyamanan setelah operasi. Komplikasi yang serius karena operasi jarang terjadi.
 Tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun perasaan seksual.
METODE OPERASI PRIA (MOP) / VASEKTOMI
 Cara KB permanent bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Pertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan.
 Operasi yang aman, dan mudah. Memerlukan hanya beberapa menit di klinik atau praktek dokter. Menggunakan bius lokal.
 Baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca operasi. Sebelum itu masih harus menggunakan kondom.
 Tidak ada efek samping jangka panjang.
 Tidak berpengaruh terhadap kemampuan maupun kepuasan seksual.

SISTEM KALENDER
 Wanita harus mengetahui masa subur wanita dalam siklus haidnya.
 Sistem kalender adalah: pada masa subur tidak berhubungan seks. Bila berhubungan gunakanlah kondom, tissu KB, diafragma dan kap, atau sanggama terputus selama masa subur.
 Dapat efektif bila dilakukan dengan benar. Namun pada kenyataannya sering kurang efektif.
 Diperlukan kerjasama yang baik dengan pasangannya, karena sulit untuk menghindari hubungan seksual untuk waktu yang lama.
 Tidak ada efek samping fisik.
 Cara ini dianjurkan apabila cara KB lain sulit dipergunakan pada waktu menderita demam, infeksi vagina, setelah melahirkan atau pada waktu menyusui.

METODE LAM (Lactational Amenorrhoe Methode) / PEMBERIAN ASI
 Cara KB melalui menyusui eksklusif (menyusui bayi dari 0 s/d 4 bulan tanpa makanan tambahan).
 Seorang wanita menyusui dikatakan menggunakan metoda LAM, bila:
 Menyusui secara penuh atau bayinya tidak mendapat makanan tambahan, ibu sering memberikan ASI, siang dan malam;
 Belum mendapat haid;
 Bayinya belum berumur 6 bulan.
 Wanita sebaiknya sudah merencanakan penggunaan cara KB lain, bila tidak menggunakan LAM.

BEBERAPA METODE KB YANG TIDAK DI ANJURKAN KARENA KONDISI KESEHATAN TERTENTU

Kondisi Kesehatan
Metode yg tidak di anjurkan
 Merokok dan berumur diatas 35 tahun. Pil KB (Pil KB Kombinasi)*
 Diketahui mempunyai tekanan darah yang Pil KB. Jika tekanan darahnya tinggi,
tinggi. Suntik KB**
 6 bulan pertama menyusui. PIL KB.
6 minggu pertama menyusui. DMPA impian, Pil Progestin (POPs)
 Beberapa penyakit jantung, pembuluh Pil KB, Pil Progestin, suntik DMPA,
darah yang jarang terjadi, dan beberapa implant. Atau tanyakan dokter/bidan
penyakit hati. anda.
 Sakit kepala migrant – yaitu sakit kepala Pil KB, tetapi penggunaan Pil KB
yang datang berulang-ulang, sering terjadi dibatasi hanya pada 2 kondisi yaitu:
disatu sisi kepala saja atau berdenyut-denyut, 1. Wanita berumur 35 tahun/lebih
yang menyebabkan mual, gejala kan lebih 2. Wanita tak terbatas umur jika
buruk bila terkena sinar atau mendengar mengalami gangguan penglihatan
suara-suara bising. atau sulit berbicara atau bergerak
pada waktu mengalami sakit kepala
tersebut.
 Mempunyai infeksi penyakit menular akibat AKDR/IUD. Gunakan kondom,
penyakit hubungan seks atau penyakit meskipun sudah menggunakan cara
radang panggul pada saat ini atau 3 bulan KB lain (perdarahan pada vagina yang
terakhir. Resiko tinggi – karena mempunyai tidak biasa, mungkin merupakan lebih dari satu pasangan baik suami atau tanda-tanda dari infeksi akibat
istrinya. hubungan seksual).
 Kondisi-kondisi yang tidak sempurna tertentu AKDR/IUD. Tanyakan dokter/bidan
dari organ tubuh wanita. anda.
 Diketahui sedang hamil. AKDR/IUD. Pil KB pada 21 hari
Pertama setelah melahirkan.

*Juga berlaku untuk Suntikan bulanan (kombinasi).
**DMPA= suntikan DMPA (Depo-Provera) juga termasuk suntikan Norestrat.

konseling KB berkualitas blm dipahami

Interaksi atau konseling yang berkualitas antara klien dan provider (tenaga medis) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan bagi keberhasilan program keluarga berencana (KB). Sangat mudah dimengerti jika hal itu membuat tingkat keberhasilan KB di Indonesia menurun.

Klien yang mendapatkan konseling dengan baik akan cenderung memilih alat kontrasepsi dengan benar dan tepat. Pada akhirnya hal itu juga akan menurunkan tingkat kegagalan KB dan mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.

Untuk meraih keberhasilan tersebut, tentunya sangat diperlukan tenaga-tenaga konselor yang profesional. Mereka bukan hanya harus mengerti seluk-beluk masalah KB, tetapi juga memiliki dedikasi tinggi pada tugasnya serta memiliki kepribadian yang baik, sabar, penuh pengertian, dan menghargai klien.

Dengan demikian, konseling akan benar-benar menghasilkan keputusan terbaik seperti yang diinginkan oleh klien, bukan sekadar konsultasi yang menghabiskan waktu dan biaya.

Demikian benang merah diskusi bertema “Sudahkah Peserta KB Diperlakukan sebagai Klien?” yang diselenggarakan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan John Hopkins University melalui Program KB dan Kesehatan Reproduksi (Starh) di Jakarta, Kamis (26/6).

Hadir antara lain Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Dr Siswanto Agus Wilopo PhD, Direktur PKBI Pusat Dr Zarfiel Tafar, Koordinator Nasional Starh dr Rusdi Ridwan MPH, dan staf Komunikasi dan Advokasi Starh Dian Rosdiana.

Siswanto mengatakan, di Indonesia, konseling yang berkualitas masih sangat minim dan bahkan sulit sekali menemukan klinik yang secara khusus menyediakan jasa konseling yang benar-benar memenuhi standar. Selain itu, ia menambahkan, ketidakseimbangan antara jumlah klien dan tenaga medis yang bertugas sebagai konselor juga akan mempengaruhi keberhasilan konseling.

Selain itu, ia juga menuturkan bahwa keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh kemahiran konselor dalam memerankan tugasnya. Ketika menghadapi klien, ia melanjutkan, seorang konselor hendaknya tidak beranggapan dialah yang terhebat sementara si klien tidak tahu apa-apa. Hal itu, justru akan memunculkan jarak dengan klien sehingga akan sulit terjalin interaksi yang sebenarnya sangat diperlukan dalam konseling.

Berkaitan dengan hal itu, Starh dan BKKBN memperkenalkan alat bantu pengenalan KB berupa flipchart dilengkapi dengan buku panduan bagi konselor. Dalam waktu dekat alat bantu dan buku panduan yang dirancang lebih interaktif itu akan diluncurkan dan disebarluaskan ke seluruh Indonesia.

Bidan Lebih Baik

Menurut Dian Rosdiana, dengan panduan tersebut diharapkan konseling akan benar-benar menjadi gerbang pertama yang dapat mengantar klien untuk memahami dan memilih alat kontrasepsi yang paling tepat. Ia juga mengatakan, selama ini belum banyak tenaga medis yang menyadari, kegagalan konseling juga berawal dari buruknya layanan para tenaga medis (konselor) itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian Starh tahun 2002 diketahui dari 373 klinik di Indonesia ternyata hanya tiga yang dapat dikategorikan memenuhi standar konseling. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur standar itu adalah kecakapan konselor dalam “melayani” klien, termasuk berinteraksi dan mengorek sebanyak mungkin masalah yang disembunyikan klien.

Zarfiel Taffal juga sependapat jika dalam konseling, klien cenderung akan menyembunyikan masalah sehingga kelihaian konselor akan menjadi penentu berkualitas tidaknya konseling itu. Namun, Zarfiel menekankan, konseling hendaknya tidak berorientasi pada efisiensi yang lebih mempertimbangkan faktor waktu, tetapi lebih kepada keefektifan yang mengutamakan pencapaian hasil terbaik.

“Karena itu dokter sebenarnya tidak cocok untuk menjadi konselor. Selain cenderung berorientasi pada efisiensi, dokter juga selalu menganggap klien yang datang kepadanya itu tidak tahu apa-apa. Yang lebih buruk lagi, dokter cenderung mendikte dan banyak menasehati klien sehingga pada akhirnya keputusan memilih alat kontrasepsi bukan atas kemauan klien tetapi karena saran dokter,” katanya.

Ia menambahkan, dibanding dokter sebenarnya bidan jauh lebih tepat untuk menjadi konselor. Meski harus diakui mereka pun masih memerlukan tambahan keahlian, terutama menyangkut pengetahuan psikologis, namun dalam banyak hal bidan memang memiliki kelebihan untuk memerankan tugas sebagai konselor.

“Di desa-desa terpencil biasanya hanya ada tenaga bidan yang bertugas di puskesmas. Masyarakat pun tampaknya memang lebih dekat dengan bidan. Selain lebih low profile, bidan juga lebih sabar dan mempunyai kedekatan yang baik dengan klien. Sepertinya, masih sulit menemukan dokter yang mampu menjadi konselor yang baik tanpa mempertimbangkan ‘jam terbang’ dan tarif konseling,”

MEMILIH KONTRASEPSI

MEMILIH KONTRASEPSI

Anda baru menikah dan ingin menunda mempunyai anak. Mengikuti program Keluarga Berencana adalah pilihannya. Di dalam program ini disediakan beragam pilihan kontrasepsi sesuai kebutuhan dan kondisi kesehatan akseptor.

Ada kontrasepsi hormonal semisal pil KB, suntik KB, dan susuk KB (implant). Atau kontrasepsi non hormonal seperti IUD dan kondom. Ada pula kontrasepsi jangka panjang atau dikenal dalam program KB sebagai Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP),yakni vasektomi dan tubektomi.

Mana yang akan anda pilih, tanyakan kepada dokter anda. Jika anda enggan memakai kontrasepsi, tidak dianjurkan menggunakan system kalender. Mengapa? Sebab, siklus haid yang belum teratur tidak menjamin system itu berjalan aman. Bisa-bisa gagal, dan keinginan anda untuk menunda memiliki anak, buyar.

Mari kita menengok sejenak profil masing-masing kontrasepsi itu. Pil KB dosis rendah adalah kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui karena mengandung hormon progesterone. Bila anda menginginkan kehamilan, penggunaan pil KB dapat dihentikan seketika.

Cuma, wanita pengguna pil KB harus taat waktu, yakni tidak boleh lupa meminum pil, setiap hari. Bila alpa, risikonya hamil. Karena itu, kontrasepsi ini kayaknya rada kurang diminati wanita aktif.

Maka, alternatif lain adalah menggunakan suntik KB. Sama-sama hormonal. Hanya saja suntik KB memiliki ‘masa suntik’ bervariasi. Ada per satu bulan. Ada pula per tiga bulan. Untuk KB suntik per satu bulan, wanita menyusui harus waspada: Jangan menggunakan!. Pasalnya, menurut dr Dwiana Ocviyanti SpOG (K), suntik KB satu bulan mengandung unsur estrogen.

Ada pula kontrasepsi hormonal yang aman untuk ibu menyusui karena mengandung progesteron, yakni susuk KB atau implant. Ini adalah kontrasepsi jangka panjang. Karena sekali ‘ditanam’ di bawah jaringan kulit, kontrasepsi ini akan berfungsi selama tiga tahun (satu batang), lima tahun (enam batang), dan tiga tahun (dua batang).

Kontrasepsi hormonal (progesteron) terkadang menimbulkan gangguan menstruasi. Meski penggunanya haid, darah yang keluar sedikit dan tidak teratur. Namun, dr Dwiana mengatakan, hal itu tidak berbahaya bagi kesehatan.

Bagi kaum wanita yang tidak ingin dibuat repot dan bertanya-tanya tentang efek samping kontrasepsi hormonal, kontrasepsi non hormonal bisa menjadi pilihan berikut. Dalam kelompok ini ada IUD. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah sebutan lain IUD. Bentuk umum kontrasepsi ini adalah T.

Yang perlu diketahui, IUD dapat ‘ditanam’ di dalam rahim seorang ibu setelah enam minggu melahirkan. Bila belum menstruasi. Tak soal. IUD tetap dapat dipasang.

Kurang puas dengan IUD, ada pilihan lain, yaitu vasektomi (pria) dan tubekomi (wanita). Kontrasepsi ini digunakan oleh mereka yang benar-benar tidak menginginkan anak lagi, dengan batasan usia tertentu (di atas 40 tahun) atau sesuai anjuran dokter.

Secara awam, kontrasepsi ini dikenal sebagi pengikatan saluran sperma dan indung telur. Dengan memakai teknologi terkini, proses jalannya operasi (operasi kecil) vasektomi/ tubektomi hanya memakan waktu tak lebih dari 10 menit. Pasien bisa langsung pulang.

Meski ada system rekanalisasi (dibukanya ikatan pada saluran sperma atau indung telur), dunia medis belum begitu yakin kesuburan akan dapat pulih kembali. Karena itu, mereka yang menjatuhkan pilihan untuk menggunakan cara KB ini akan menjalani proses konsulatsi ketat.

Kontrasepsi yang beredar dan mudah didapat adalah kondom. Walaupun program KB belum sepenuh hati mengakui kondom sebagai bagian dari program, jenis kontrasepsi ini belakangan semakin dikenal oleh masyarakat luas, sebagai alat penangkal HIV/AIDS.

Selain disuluhkan sebagai cara menjarangkan kehamilan, kondom juga disosialisasikan sebagai alat mencegah penularan penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS. Sayangnya, tujuan mulia Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menempatkan beberapa ‘Vending Machine Kondom” (semacam ATM Kondom) di beberapa tempat khusus, ditentang habis sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama. Karena dinilai melegalisasi seks bebas.

Sesungguhnya, selain manfaat di atas, keberadaan ATM Kondom ini sangat membantu mendongkrak peningkatan ‘sadar ber-KB’ bagi kaum pria. Maklum, pilihan kontrasepsi KB pria sangat terbatas. Hanya ada kondom dan vasektomi. Atau sanggama terputus (coitus interuptus) yang bukan menjadi bagian dari program KB. Selebihnya, tidak.

Tahun depan, pemerintah menargetkan pencapaian peserta KB pria 4,5 persen dari total jumlah akseptor di tahun 2007. Sebelumnya hanya ditargetkan 2 persen. Pertumbuhan kesertaan pria dalam KB memang berjalan alot. Celakanya, kondisi ini diikuti pula oleh semakin’dijauhinya’ program KB oleh masyarakat, belakangan ini.

Maka, adalah saatnya kini BKKBN kembali mendengung-dengungkan beragam manfaat ber-KB ke tengah khalayak luas. Mendengung-dengungkan kembali beragam keuntungan alat/obat kontrasepsi kepada sasaran pengguna. Ya, sebelum laju pertumbuhan penduduk menjadi sulit dikendalikan.

Bagaimana Memperoleh KONTRASEPSI MANDIRI

Bagaimana Memperoleh KONTRASEPSI MANDIRI
Tanggal: 19 Apr 2004
Laporan: Damandiri

A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dan KB yang ditandai dengan meningkatnya kesertaan KB Mandiri melalui Bidan praktek swasta, (bahkan kontrasepsi sudah menjadi kebutuhan rutin peserta KB secara mandiri). Sayangnya kemandirian itu terhambat krisis multi dimensi berkepanjangan yang mengakibatkan kesejahteraan masyarakat mbnurun. Dikahatirkan tingkat kesertaan KB Mandiri pun menurun bersamaan dengan pembinaan dan oekayanan dari Biadan yang makin terbatas.
Untuk itu Yayasan Indonesia Damai Sejahtera (Yayasan INDRA) yang peduli dalam upaya pemberdayaan keluarga bekerja sama dengan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri dan Ikatan Bidan Indonesia serta beberapa Bank mitra kerja, didukung oleh beberapa produsen obat dan alat kontrasepsi menggulirkan Program Pemberdayaan Keluarga melalui Bidan Mandiri.
Program ini berupaya mengadakan pembinaan disertai penyediaan kredit modal kerja berupa obat-obat bebas maupun obat-obat kontrasepsi bagi Bidan paraktek swasta agar bisa meningkatkan pelayanan KB Mandiri terutama pada keluarga yang kurang mampu. Melalui upaya bersama ini diharapkan dapat memperluas dan meningkatkan kesertaan KB Mandiri sebagai salah satu prasyarat upaya pemberdayaan keluarga.


B. Tujuan
Umum :
Meningkatkan kelangsungan pemakaian kontrasepsi peserta KB Mandiri melalui Bidan praktek swasta yang mendapat kesempatan kredit untuk pengadaan sarana dan kontrasepsi.

Khusus :
1. Memberikan fasilitas kredit kepada Bidan praktek swasta dalam penyediaan / pengadaan kontrasepsi dan atau peralatan kesehatan lainnya.
2. Mengembangkan dan membina kompetensi Bidan praktek swasta serta meningktkan kualitas pelayanan KB Mandiri.
3. Membantu menyediakan obat dan kontrasepsi serta peralatan kesehatan lainnya dengan jumlah yang cukup.
4. Mendorong dan memperluas partisipasi serta cakupan Bidan praktek swasta dalam pelayanan KB Mandiri.


C. Sasaran
Sasaran akhir dari program ini adalah para peserta KB Mandiri terutama dari keluarga kurang mampu. Sedangkan sasaran antara adalah Bidan praktek swasta dan tenaga kesehatan lainnya serta Organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat di bidang pembangunan keluarga.


D. Cakupan
Meliputi seluruh Indonesia yang dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan serta kesiapan organisasi dan lembaga pelaksana (stakeholder). Serta didahulukan pada wilayah/daerah yang tingkat peserta KB Mandirinya tinggi.


E. Sinergi Kemitraan
1. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Yayasan DAMANDIRI) yang antara lain mempunyai tujuan mengelola bantuan Pemberdayaan Keluarga bekerja sama dengan Yayasan Indonesia Damai Sejahtera (Yayasan INDRA) sebagai lembaga pengkajian, pengembangan dan advokasi pembangunan masyarakat khususunya keluarga tertinggal.
2. Bank Pelaksana adalah suatu Bank Umum Nasional dan atau Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mitra kerja yang telah menandatangani kesepakatan kerja dalam menyalurkan kredit Bidan Mandiri.
3. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) adalah lembaga swadaya masyarakat yang merupakan organisasi profesi.
4. Bidan Praktek Swasta adalah tenaga profesi Bidan yang telah mendapat sertifikasi dan kompetensi pelayanan kesehatan dan KB secara mandiri kepada masyarakat.
5. Penghasil dan penyalur alat/obat/kontrasepsi adalah lembaga dan atau organisasi dan atau perorangan ditunjuk oleh Yayasan INDRA untuk menghasilkan, menyimpan dan mendistribusikan alat/obat/kontrasepsi.


F. Ketentuan Kredit Bidan Mandiri
Kredit yang disalurkan kepada Bidan-bidan baik secara perorangan maupun kelompok didasarkan pada ketentuan sbb:
1. Sumber dana kredit berasal dari Yayasan Dana Sejahtera Mandiri yang ditempatkan pada Bank Pelaksana dalam bentuk deposito berjangka.
2. Jenis kredit adalah kredit modal kerja untuk pembelian/pengadaan berupa obat-obat bebas maupun obat / alat kontrasepsi dan alat kesehatan lainnya.
3. Batas kredit adalah senilai harga beli obat-obatan dan atau alat kontrasepsi minimal Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) dan maksimal Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) per Bidan dengan bunga jaminan yang ringan.
4. Bebas biaya provisi dan administrasi kredit.
5. Ada kelengkapan agunan kredit dan status kepemilikan
6. Mekanisme penarikan kredit. Akad kredit dilakukan baik secara perorangan maupu kelompok / melalui koordinator Bidan (IBI) wilayah, disertai surat pesanan barang. Pencairan kredit dalam bentuk barang oleh penyalur sesuai dengan surat pesanan barang.


G. Persyaratan Bidan
1. Telah memiliki ijin praktek swasta yang menetap di suatu daerah tertentu.
2. Menjadi anggota Ikatan Bidan Indonesia atau telah mendapat rekomendasi atau pembinaan kompetensi dari IBI.
3. Sanggup mengembalikan kredit sesuai perjanjian kredit dan jadwal pengembalian kredit.
4. Memberikan jaminan kredit kepada bank dan telah menerapkan administrasi keuangan dengan baik.

H. Cara Kerja
1. Prosedur penyaluran kredit oleh Bank Pelaksana.
a. Kelompok Bidan atau masing-masing bidan, melalui koordinator bidan di wilayahnya mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana.
b. Bank Pelaksana akan meneliti kelengkapan surat permohonan, mengevaluasi dan memutuskan untuk menerima atau menolak permohonan kredit.
c. Apabila kredit disetujui, Bank Pelaksana akan menerbitkan Surat Persetujuan Pemberian Kredit (SPPK) dan mengeluarkan (PO) Pesanan Barang; apabila ditolak, Bank Pelaksana akan menyampaikan surat penolakan.
d. Akad kredit dan pengikatan agunan dilakukan secara Notariil atau Di Bawah Tangan dengan dilampiri jadwal pengembalian kredit.
e. Yayasan INDRA mengkoordinir penyaluran barang ke Koperasi Bank Pelaksana atau lembaga yang ditunjuk untu diteruskan dan diserahkan kepada Bidan-bidan penerima kredit.

2. Prosedur Pemesanan dan Penyaluran/pengiriman obat/alat kontrasepsi.
a. Akad kredit disertai pemesanan barang berupa obat/alat kontrasepsi sesuai dengan nilai kredit.
b. Penyalur barang setelah menerima Surat Pesanan Barang selanjutnya akan mengirimkan barang sesuai dengan jenis dan jumlah pesanan kepada Bidan dilengkapi surat faktur atau Surat Bukti Penerimaan Barang.


I. Kelengkapan Program
1. Pembinaan, adalah aktifitas yang dilakukan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh Yayasan (Damandiri/Indra) dan IBI serta Bank Pelaksana dalam rangka turut serta membantu peningkatan usaha bidan-bidan baik perorangan maupun kelompok sehingga fasilitas kredit dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya dan dapat dikembalikan tepat pada waktunya.
2. Pemantauan, adalah kegiatan untuk memastikan bahwa Kredit Bidan Mandiri telah disalurkan dan diterima oleh para Bidan.
3. Pendampingan, dilakukan oleh IBI dalam rangka pemanfaatan kredit secara optimal serta peningkatan kualitas pelayanan KB Mandiri. Upaya ini bertujuan :
a. Agar penggunaan kredit sesuai peruntukannya.
b. Agar para bidan mematuhi seluruh ketentuan dan persyaratan.


J. Pelaksana Program
1. Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (DAMANDIRI)
2. Yayasan Indonesia Damai Sejahtera (INDRA)
3. Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
4. Bank Pelaksana

PROGRAM BIDAN DELIMA PENDEKATAN INOVATIF KUALITAS PELAYANAN BIDAN

PROGRAM BIDAN DELIMA
PENDEKATAN INOVATIF KUALITAS PELAYANAN BIDAN

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan Pelayanan Kebidanan (Kesehatan Reproduksi) kepada perempuan remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium, dan menopause, bayi baru lahir, anak balita dan prasekolah. Selain itu Bidan juga berwenang untuk memberikan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Masyarakat.
Peran aktif Bidan dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana sudah sangat diakui oleh semua pihak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 66% persalinan, 93% kunjungan ante natal (K1), 80% dari pelayanan Keluarga Berencana dilakukan oleh Bidan. Peranan Bidan dalam pencapaian 53% prevalensi pemakaian kontrasepsi, 58% pelayanan kontrasepsi suntik dilakukan oleh Bidan Praktek Swasta dan 25% pemakai kontrasepsi pil, 25 % IUD dan 25 % implant dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (Statistik Kesehatan 2001).
Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif Bidan dalam memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi Bidan di tengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan dan penghargaan.
Berdasarkan hal inilah, Bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Karena hanya melalui pelayanan berkualitas pelayanan yang terbaik dan terjangkau yang diberikan oleh Bidan, kepuasan pelanggan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dapat tercapai.

B. DASAR HUKUM

1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. Anggaran Dasar IBI Bab II Pasal 8 dan Anggaran Rumah Tangga IBI Bab III Pasal 4.

3. Kepmenkes No. 900/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan.

4. SPK (Standar Pelayanan Kebidanan) IBI 2002.

C. MANFAAT

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan berpartisipasi sebagai Bidan Delima yang tentunya akan mendukung performa dan identitas profesionalisme Bidan Praktek Swasta, diantaranya adalah:

1. Kebanggaan profesional

2. Kualitas pelayanan meningkat

3. Pengakuan organisasi profesi

4. Pengakuan masyarakat

5. Cakupan klien meningkat

6. Pemasaran dan promosi

7. Penghargaan bidan delima

8. Kemudahan lainnya


II. KONSEP BIDAN DELIMA

1

A. PENGERTIAN

Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup :

􀂃Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.

􀂃Merk Dagang/Brand.

􀂃Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap, dan memiliki hak paten.

􀂃Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan proses baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.

􀂃Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan semangat tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan meningkatkan kualitas, dapat memuaskan klien beserta keluarganya.

􀂃Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.


B. LOGO BIDAN DELIMA

Makna yang ada pada Logo Bidan Delima adalah:
Bidan 􀃆 Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas, ramah-tamah, aman-nyaman, terjangkau dalam bidang kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan kesehatan umum dasar selama 24 jam.
Delima 􀃆 Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan cairan manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).
Merah 􀃆 Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan pengambilan keputusan yang cepat, tepat dalam membantu masyarakat.
Hitam 􀃆 Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani kaum perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.
Hati 􀃆 Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang (sayang Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi pelayanan.

rujukan

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rujukan
2.1.1 Pengertian
Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dari satu unit ke unit yang lebih lengkap /Rumah Sakit) maupun horizontal (dari satu bagian ke bagian lain dalam satu unit) (Muchtar, 1977).
2.1.2 Tujuan Rujukan
a. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.
b. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.
c. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer (Muchtar, 1977).
6




2.1.3 Kegiatan Rujukan
a) Rujukan dan Pelayanan Kebidanan
Kegiatan ini antara lain berupa :
1. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap.
2. Rujukan kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas
3. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.
4. Pengiriman bahan laboratorium
b) Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
Kegiatan ini antara lain :
1. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah perifer untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi.
2. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah ke rumah sakit yang lebih lengkap dengan tujuan menambah pengetahuan dan keterampilan.
c) Rujukan Informasi Medis
Kegiatan ini antara lain berupa :
1. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
2. Menjalin kerjasama pelaporan data-data medis.
(Muchtar, 1977)
2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Rujukan
a. Riwayat bedah sesar
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan
d. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
e. Ketuban pecah lebih dari 24 jam
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda /gejala infeksi
j. Pre-eklampsia /Hipertensi dalam kehamilan
k. Tinggi fundus 40 cm/lebih
l. Gawat janin
m. Primapara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin masuk 5/5
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Presentasi ganda (mejemuk)
p. Kehamilan ganda (gemelli)
q. Tali pusat menumbung
r. Syok.
(Asuhan Persalinan Normal 2007)

2.2 Ketuban Pecah Dini
2.2.1 Pengertian
Beberapa penulis mendefinisikan Ketuban Pecah Dini yaitu apabila ketuban pecah spontan dan tidak diikuti tanda-tanda persalinan (Smith, 2008).
2.2.2 Penyebab Ketuban Pecah Dini
Belum diketahui
Faktor-faktornya :
a. Infeksi secara langsung pada selaput ketuban.
b. Serviks yang selalu terbuka.
c. Tekanan intra uterin yang meningkat.
d. Kelainan letak.
2.2.3 Tanda dan Gejala
a. Basah pada vagina
b. Mengeluarkan cairan tiba-tiba dari jalan lahir
c. Berbau khas
d. His belum teratur
e. Belum ada pengeluaran lendir darah
(Sarwono, 2002).

2.2.4 Penanganan
1) Pada Aterm (>37 Minggu)
Seksio Sesarea (Syaifuddin, 2002).
2) Pada Preterm (< 37 minggu)
a. Dirawat di Rumah Sakit
b. Tunda persalinan
c. Berikan antibiotik
(Manuaba, 2001).
2.3 Pre-eklampsia
2.3.1 Pengertian
Pre-eklampsia adalah hipertensi pada ibu hamil diatas 20 minggu disertai oedema, protein urin. (Sarwono, 2002).
Pre-eklampsia terbagi dua :
1. Pre-eklampsia Ringan
a. Tekanan darah 140/90 mmHg
b. Oedema ringan kenaikan berat badan 1 kg/minggu
2. Pre-eklampsia Berat
a. Tekanan darah > 160/110 mmHg
b. Protein urinaria 5 gr/24 jam
c. Oedema
d. Kejang
2.3.2 Tiga Tanda Klinis Klasik Pre-eklampsia Adalah Trias antara Hipertensi Proteinurin Dan Oedema
1. Hipertensi
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
b. Tekanan sistolik naik 30 mmHg /lebih atau kenaikan tekanan diastolik naik 15 mmHg /lebih dari tekanan darah normal wanita. (Sarwono, 2005).
2. Proteinuria
a. Konsentrasi protein dalam urin lebih dari 0,3 gr dalam spesimen 24 jam
b. Protein dalam urin lebih dari 1 gr/liter )1+sampai 2+). (Sarwono, 2002)..
3. Oedema
a. Retensi urin pertama kali ditandai dengan kelebihan berat badan secara mendadak (1 kg sampai 2,5 kg atau lebih dalam 1 minggu).
b. Berbeda dengan oedema di ekstremitas bawah (Varney, 2002).
2.3.3 Penyebab Pre-eklampsia
Sampai sekarang penyebab preeklampsia masih tanda tanya, penyakit ini masih disebut desease of theory, meskipun penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil yang :
a. Primigravida
b. Riwayat pernah menderita preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.
c. Kehamilan ganda, diabetes mellitus, mola hidatidosa.
d. Riwayat penderita hipertensi.
e. Multipara dengan umur > 35 tahun

2.3.4 Patogenesis
Walaupun etiologinya belum jelas hampir semua ahli sepakat vasospasme kerusakan awal dari kejadian penyakit ini. Vasospasme dapat menyebabkan terjadi kerusakan sel-sel endotel, sehingga terjadi perubahan fungsi sel endotel yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya gejala pre-eklampsia.
2.3.5 Klasifikasi
Klasifikasi pre-eklampsia terbagi dua, yaitu :
a. Preeklampsia ringan bila disertai keadaan sebagai berikut :
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih
2. Oedema ringan dengan kenaikan BB 1 kg/minggu
3. Proteinuria 0,3 gr/24 jam atau + 1 s/d + 2 (Manuaba, 2001)
b. Preeklampsia berat bila disertai keadaan sebagai berikut :
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria 5 gr/24 jam atau +4 s/d +5
3. Oliguria 400 cc /24 jam
4. Oedema paru dapat disertai sianosis.
2.3.6 Gambaran Klinik
Gejala-gejala tanda preklampsia berat yaitu :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg.
b. Tekanan darah diastolik > 110 mmHg.
c. Penigkatan kadar enzim hati atau ikterus
d. Trombosit < 100.000 /mm.
e. Oliguria < 400 ml /24 jam
f. Proteinuria > 5 gr /liter
g. Nyeri epigastrium
h. Skotoma dan gangguan virus lain atau nyeri frontal yang berat
i. Perdarahan retina
j. Oedema pulmonum
k. Koma (Sarwono, 2002).
2.3.7 Diagnosis
Diagnosis pre-eklampsia ditegakkan apabila pada seseorang wanita hamil dengan umur kehamilan 20 minggu atau lebih, ditemukan gejala hipertensi, proteinuria, oedema (Sarwono, 2005).
2.3.8 Frekuensi
Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, umur > 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklampsia (Sarwono, 2002).
2.3.9 Penanganan
Penanganan pre-eklampsia berat dan eklampsia yaitu di rujuk.

2.4 Letak Lintang
2.4.1 Pengertian
Menurut Sarwono, letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam rahim dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain.
Penyebab Terjadinya Letak Lintang
Penyebab terjadinya letak lintang yaitu multiparitas, riwayat kehamilan (prematur, gemelli, hidramnion), adanya panggul sempit (CPD), adanya tumor di daerah panggul yang menutupi jalan lahir, adanya plasenta previa serta kelainan uterus (Arkuatus dan Subseptus) (Sarwono, 2002).
2.4.2 Tanda dan Gejala
a. Dapat dilihat dan diraba perut terasa membesar ke samping
b. Pergerakan janin pada bagian kiri dan kanan abdomen ibu
c. Bunyi denyut jantung di sekitar pusat
d. Tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan kehamilan
e. Pemeriksaan Dalam (VT) teraba lengan, bahu janin.
2.4.3 Komplikasi
a. Perdarahan postpartum
b. Infeksi karena perdarahan yang banyak bayi lahir mati
c. Tali pusat menumbung
d. Tali pusat melilit solusio plasenta. (Sarwono, 2005).

2.4.4 Penanganan
Penanganan letak lintang adalah seksio sesarea (Sarwono, 2002).
2.5 Postmatur /Postterm
2.5.1 Pengertian
Postmatur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu (Mansjoer, 1999).
2.5.2 Penyebab Postmatur
a. Tidak ada his karena kurangnya air ketuban
b. Mudah stres
c. Insufisiensi
2.5.3 Tanda-Tanda Postmatur/Postterm Ada Tiga
a. Kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas
b. Air ketuban berwarna hijau
c. Kuning pada kuku, kulit dan tali pusat
(Sarwono, 2005).
2.5.4 Penanganan
a. Kalau janinnya besar di seksio sesarea.
b. Kalau janinnya kecil dilakukan induksi persalinan dengan skor bishop.

Selasa, 03 Maret 2009

start....

ini blog baru......